Welcome

Delete this widget from your Dashboard and add your own words. This is just an example!

Di Manakah Engkau Lailatul Qadar

Ramadhan merupakan salah satu bulan yang mempunyai banyak keistimewaan di banding bulan yang lainnya. Dan oleh sebab itu bulan remadhan membuat banyak selalu merindukan akan kehadirannya. Dan diantara sekian banyak keistimewaan-keistimewaan yang hanya terjadi pada bulan Ramadhan antara lain adalah awal pertama kali turunnya al-Qur’an berupa surat al-Alaq ayat 1 sampai 5 yang turun ketika Nabi Muhammad sedang berada di gua Hira’. Selain itu, keistimewaan yang lainnya yang hanya terjadi pada bulan Ramadhan adalah Malam Seribu Bulan atau biasa dikenal dengan sebutan Lailaul Qadar. Dan selain dari kedua yang telah disebutkan sebelumnya,sebenarnya masih sekali keistimewaan yang terjadi dalam bulan Ramadhan, akan tetapi untuk saat ini yang menjadi fokus kajian adalah tentang Lailatul Qadar.
Cara mendapatkan Lailatul Qadar
                Bagi sebagian orang malam lailatul qadar merupakan yang penuh sekali kerahasiaan dan juga penuh dengan sebuah tanda tanya. Dan oleh sebab itu membuat banyak orang penasaran sehingga mereka semua saling berbondong-bondong demi untuk mendapatkan malam lailatul Qadar. Cara mereka dalam rangka mencari malam lailatul qadar tersebut sangatlah variatif. Ada yang dengan cara tadarusan, ada juga dengan cara I’tikaf, bahkan ada juga dengan cara begadang  terus-terusan. Kalau kita tinjau lebih jauh lagi, sebenarnya apa yang melatarbelakangi penamaan malam tersebut dengan nama Lailatul Qadar. Tentang penamaan lailatul qadar telah dijelaskan secara gamblang oleh Sayyid Bakri al-Dimyati dalam kitab “I’anatu al-Thalibin” yang berbunyi:
والمعنى ليلة التقدير، سميت بذلك لان الله تعالى يقدر فيها ما يشاء من أمره إلى مثلها من السنة القابلة، من أمرالموت، والاجل، والرزق، وغير ذلك، ويسلمه إلى مدبرات الامور، وهم أربعة من الملائكة: إسرافيل، وميكائيل، وعزرائيل، وجبرائيل - عليهم السلام -.اه.
                “Makna lailatul qadar. Malam yang hanya terjadi sekali dalam bulan Ramadhan tersebut dinamakan lailatul qadar karena didalam malam tersebut akan menentukan apa yang akan menjadi kehendaknya yang meliputi maut, ajal, rizki dan juga lainnya hingga datangnya kembali malam lailatul qadar pada tahun selanjutnya. Dan disamping itu ada 4 malaikat yang mematuhi atas keputusan Allah tersebut diantaranya ialah malaikat Israfil, malaikat Mika’il, malaikat I’zra’il, dan malaikat Jibril”.
                Mengenai masalah bagaimana cara yang mudah bagi orang-orang yang mengidam-idamkan sekali terhadap malam lailatul qadar bisa menggunakan tawaran pendapat imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali atau dengan akraban sapaan imam al-Ghazali yang ada dalam kitab “I’anah al-Thalibin” karangan Sayyid Bakri al-Dimyati. yang berbunyi :  
قال الغزالي وغيره إنها تعلم فيه باليوم الاول من الشهر، فإن كان أوله يوم الاحد أو يوم الاربعاء: فهي ليلة تسع وعشرين.
أو يوم الاثنين: فهي ليلة إحدى وعشرين.
أو يوم الثلاثاء أو الجمعة: فهي ليلة سبع وعشرين.
أو الخميس: فهي ليلة خمس وعشرين.
أو يوم السبت: فهي ليلة ثلاث وعشرين.
                Imam al-Ghazali beserta yang lain mengatakan: Sesungguhnya malam Lailatul Qadar itu bisa diketahui dengan melalui permulaan hari dalam bulan Ramadhan tersebut.
Ø Jika Ramadhan dimulai pada hari ahad atau rabu, maka lailatul Qadar akan terjadi pada malam ke 29.
Ø Jika Ramadhan dimulai pada hari senin, maka lailatul Qadar akan terjadi pada malam ke 21.
Ø Jika Ramadhan dimulai pada hari selasa atau jum’at, maka lailatul Qadar akan terjadi pada malam ke 27.
Ø Jika Ramadhan dimulai pada hari kamis, maka lailatul Qadar akan terjadi pada malam ke 25.
Ø Jika Ramadhan dimulai pada hari sabtu, maka lailatul Qadar akan terjadi pada malam ke 23.

Dari tawaran imam al-Ghazali tersebut, jangan sampai tawaran tersebut kita jadikan sebagai landasan utama dalam mendapatkan malam Lailatul Qadar. Karena yang jelas itu hanya sebatas tawaran saja. Masalah apakah nantinya malam lailatul qadar itu terjadi sesuai dengan apa yang menjadi tawaran imam al-Ghazali atau tidak, hal itu hanya Allahlah yang tahu. Dalam bulan Ramadhan tersebut, kita jangan hanya ingin mendapatkan malam lailatul qadar sehingga hanya memfokuskan ibadah kita pada sepuluh akhir dalam bulan Ramadhan tersebut, alangkah lebih baiknya jika kita mampu dalam sebulan penuh mampu memaksimalkan ibadah kepada Allah.
Dalam sebuah hadits Rasulullah telah ditegaskan tentang barang siapa yang mampu untuk beribadah secara maksimal dalam bulan Ramadhan, maka dia akan mendapatkan sebuah jaminan berupa dosa-dosa yang telah diperbuat pada masa lalunya akan senantiasa diampuni. Dan sedangkan hadits yang berkaitan dengan hal tersebut berbunyi:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ »
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang mendirikan bulan Ramadhan secara suatu keimanan dan melaksanakannya semata-mata karena Allah SWT, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang sudah lalu”. (HR. Muttafaq Alaih).
Dari hadits tersebut ada sebagian ulama’ menafsirkan kata-kata mendirikan tersebut dengan arti melaksanakan shalat tarawih terus-menerus dan ada juga yang menafsirinya dengan melaksanakan shalat jama’ah terus-menerus. Dari perbedaan tersebut apapun itu terjemahannya, yang menjadi substansi adalah kita mampu untuk memaksimalkan ibadah kita kepada Allah selama sebulan penuh bulan Ramadhan tersebut.

Malam Seribu Bulan
                Apakah yang sebenarnya maksud yang terkandung dalam al-Qur’an surat al-Qadr ayat 3 yang berbunyi:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Dan juga bagaimakah sebenarnya kronologis tentang malam lailatul qadar dikatakan dalam al-Qur’an sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan? Menanggapi masalah tersebut, Ibnu Jarir angkat bicara dalam kitabnya “Tafsir al-Thabari” yang membahas tentang alasan kenapa dalam al-Quran lailatul Qadar disebutkan bahwa lebih baik dari seribu bulan yang berbunyi:
عن المُثَنَّى بن الصَّبَّاح، عن مجاهد قال: كان في بني إسرائيل رجل يقوم الليل حتى يصبح، ثم يجاهد العدوّ بالنهار حتى يُمْسِيَ، ففعل ذلك ألف شهر، فأنزل الله هذه الآية:( لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ) قيام تلك الليلة خير من عمل ذلك الرجل.
               
                Dari Mutsanna bin Shabah, ada seorang mujtahid mengatakan bahwa: Pada zaman dulu, ada seseorang pada masa bani Israil pernah melaksanakan ibadah mulai malam sampai larut pagi, kemudian pada siang harinya dia berjihad untuk memerangi musuh hingga datangnya sore hari. Dan melakukan kegiatan semacam itu secara rutin sampai seribu bulan (sekitar 83 tahun lebih 4 bulanan). Karena ketika ada umat Nabi Muhammad SAW itu ingin beribadah yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh orang tersebut, serasa hal tersebut tidak akan pernah terjadi karena umur yang dimiliki oleh orang pada masa Bani Isra’il itu lebih panjang dari umur umat Nabi Muhammad. Dan oleh sebab itu, Allah SWT memberikan sebuah keistimewaan bagi umat Nabi Muhammad dengan menurunkan ayat tentang Lailatul Qadar yang barang siapa mampu menemukannya, niscaya hal itu lebih baik dari apa yang sudah dilakukan oleh orang pada masa Bani Isra’il tersebut.
                Dari sini kita bisa mengambil sebuah pelajaran bahwa begitu mulianya umat Nabi Muhammad SAW dihadapan Allah SWT sehingga Allah SWT memberikan suatu keistimewaan yang tidak bisa dimiliki oleh umat-umat sebelum Nabi Muhammad. Dan oleh sebab itu kita harus senantiasa bersyukur kepada Allah karena kita masih digolongkan umat Nabi Muhammad SAW sehingga semoga saja kelak diakhirat kita bisa mendapatkan syafaat dari Beliau. Amien….
(Moh Syifa’ul Hisan/ el-bid)


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer