Ramadhan merupakan salah
satu bulan yang mempunyai banyak keistimewaan di banding bulan yang lainnya.
Dan oleh sebab itu bulan remadhan membuat banyak selalu merindukan akan
kehadirannya. Dan diantara sekian banyak keistimewaan-keistimewaan yang hanya terjadi
pada bulan Ramadhan antara lain adalah awal pertama kali turunnya al-Qur’an
berupa surat al-Alaq ayat 1 sampai 5 yang turun ketika Nabi Muhammad sedang
berada di gua Hira’. Selain itu, keistimewaan yang lainnya yang hanya terjadi
pada bulan Ramadhan adalah Malam Seribu Bulan atau biasa dikenal dengan sebutan
Lailaul Qadar. Dan selain dari kedua yang telah disebutkan
sebelumnya,sebenarnya masih sekali keistimewaan yang terjadi dalam bulan Ramadhan,
akan tetapi untuk saat ini yang menjadi fokus kajian adalah tentang Lailatul
Qadar.
Cara mendapatkan Lailatul
Qadar
Bagi
sebagian orang malam lailatul qadar merupakan yang penuh sekali kerahasiaan dan
juga penuh dengan sebuah tanda tanya. Dan oleh sebab itu membuat banyak orang
penasaran sehingga mereka semua saling berbondong-bondong demi untuk
mendapatkan malam lailatul Qadar. Cara mereka dalam rangka mencari malam
lailatul qadar tersebut sangatlah variatif. Ada yang dengan cara tadarusan, ada
juga dengan cara I’tikaf, bahkan ada juga dengan cara begadang terus-terusan. Kalau kita tinjau lebih jauh
lagi, sebenarnya apa yang melatarbelakangi penamaan malam tersebut dengan nama
Lailatul Qadar. Tentang penamaan lailatul qadar telah dijelaskan secara
gamblang oleh Sayyid Bakri al-Dimyati dalam kitab “I’anatu al-Thalibin”
yang berbunyi:
والمعنى
ليلة التقدير، سميت بذلك لان الله تعالى يقدر فيها ما يشاء من أمره إلى مثلها من
السنة القابلة، من أمرالموت، والاجل، والرزق، وغير ذلك، ويسلمه إلى مدبرات الامور،
وهم أربعة من الملائكة: إسرافيل، وميكائيل، وعزرائيل، وجبرائيل - عليهم السلام -.اه.
“Makna
lailatul qadar. Malam
yang hanya terjadi sekali dalam bulan Ramadhan
tersebut dinamakan lailatul qadar karena didalam malam tersebut akan menentukan
apa yang akan menjadi kehendaknya yang meliputi maut, ajal, rizki dan juga lainnya
hingga datangnya kembali malam lailatul qadar pada tahun selanjutnya. Dan
disamping itu ada 4 malaikat yang mematuhi atas keputusan Allah tersebut
diantaranya ialah malaikat Israfil, malaikat Mika’il, malaikat I’zra’il, dan
malaikat Jibril”.
Mengenai masalah bagaimana cara yang mudah bagi
orang-orang yang mengidam-idamkan sekali terhadap malam lailatul qadar bisa
menggunakan tawaran pendapat imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali
atau dengan akraban sapaan imam al-Ghazali yang ada dalam kitab “I’anah
al-Thalibin” karangan Sayyid Bakri al-Dimyati. yang
berbunyi :
قال
الغزالي وغيره إنها تعلم فيه باليوم الاول من الشهر، فإن كان أوله يوم الاحد أو
يوم الاربعاء: فهي ليلة تسع وعشرين.
أو
يوم الاثنين: فهي ليلة إحدى وعشرين.
أو
يوم الثلاثاء أو الجمعة: فهي ليلة سبع وعشرين.
أو
الخميس: فهي ليلة خمس وعشرين.
أو
يوم السبت: فهي ليلة ثلاث وعشرين.
“Imam al-Ghazali beserta yang lain mengatakan:
Sesungguhnya malam Lailatul Qadar itu bisa diketahui dengan melalui permulaan
hari dalam bulan Ramadhan tersebut.
Ø Jika Ramadhan dimulai pada hari ahad atau rabu, maka lailatul
Qadar akan terjadi pada malam ke 29.
Ø Jika Ramadhan dimulai pada hari senin, maka lailatul Qadar akan
terjadi pada malam ke 21.
Ø Jika Ramadhan dimulai pada hari selasa atau jum’at, maka lailatul
Qadar akan terjadi pada malam ke 27.
Ø Jika Ramadhan dimulai pada hari kamis, maka lailatul Qadar akan
terjadi pada malam ke 25.
Ø Jika Ramadhan dimulai pada hari sabtu, maka lailatul Qadar akan
terjadi pada malam ke 23.
Dari tawaran imam al-Ghazali tersebut, jangan sampai tawaran
tersebut kita jadikan sebagai landasan utama dalam mendapatkan malam Lailatul
Qadar. Karena yang jelas itu hanya sebatas tawaran saja. Masalah apakah
nantinya malam lailatul qadar itu terjadi sesuai dengan apa yang menjadi
tawaran imam al-Ghazali atau tidak, hal itu hanya Allahlah yang tahu. Dalam
bulan Ramadhan tersebut, kita jangan hanya ingin mendapatkan malam lailatul
qadar sehingga hanya memfokuskan ibadah kita pada sepuluh akhir dalam bulan Ramadhan
tersebut, alangkah lebih baiknya jika kita mampu dalam sebulan penuh mampu
memaksimalkan ibadah kepada Allah.
Dalam sebuah hadits Rasulullah telah ditegaskan tentang barang
siapa yang mampu untuk beribadah secara maksimal dalam bulan Ramadhan, maka dia
akan mendapatkan sebuah jaminan berupa dosa-dosa yang telah diperbuat pada masa
lalunya akan senantiasa diampuni. Dan sedangkan hadits yang berkaitan dengan
hal tersebut berbunyi:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه
- أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ »
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang
mendirikan bulan Ramadhan secara suatu keimanan dan melaksanakannya semata-mata
karena Allah SWT, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang sudah lalu”.
(HR. Muttafaq Alaih).
Dari hadits tersebut ada sebagian ulama’ menafsirkan kata-kata
mendirikan tersebut dengan arti melaksanakan shalat tarawih terus-menerus dan
ada juga yang menafsirinya dengan melaksanakan shalat jama’ah terus-menerus. Dari
perbedaan tersebut apapun itu terjemahannya, yang menjadi substansi adalah kita
mampu untuk memaksimalkan ibadah kita kepada Allah selama sebulan penuh bulan
Ramadhan tersebut.
Malam Seribu Bulan
Apakah
yang sebenarnya maksud yang terkandung dalam al-Qur’an surat al-Qadr ayat 3 yang
berbunyi:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Dan juga bagaimakah sebenarnya kronologis tentang malam lailatul
qadar dikatakan dalam al-Qur’an sebagai malam yang lebih baik dari seribu
bulan? Menanggapi masalah tersebut, Ibnu Jarir angkat bicara dalam kitabnya “Tafsir
al-Thabari” yang membahas tentang alasan kenapa dalam al-Quran lailatul
Qadar disebutkan bahwa lebih baik dari seribu bulan yang berbunyi:
عن المُثَنَّى بن الصَّبَّاح، عن مجاهد قال: كان في بني
إسرائيل رجل يقوم الليل حتى يصبح، ثم يجاهد العدوّ بالنهار حتى يُمْسِيَ، ففعل ذلك
ألف شهر، فأنزل الله هذه الآية:( لَيْلَةُ
الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ) قيام تلك الليلة
خير من عمل ذلك الرجل.
Dari
Mutsanna bin Shabah, ada seorang mujtahid mengatakan bahwa: Pada zaman dulu,
ada seseorang pada masa bani Israil pernah melaksanakan ibadah mulai malam
sampai larut pagi, kemudian pada siang harinya dia berjihad untuk memerangi
musuh hingga datangnya sore hari. Dan melakukan kegiatan semacam itu secara
rutin sampai seribu bulan (sekitar 83 tahun lebih 4 bulanan). Karena ketika ada
umat Nabi Muhammad SAW itu ingin beribadah yang sama sebagaimana yang dilakukan
oleh orang tersebut, serasa hal tersebut tidak akan pernah terjadi karena umur
yang dimiliki oleh orang pada masa Bani Isra’il itu lebih panjang dari umur
umat Nabi Muhammad. Dan oleh sebab itu, Allah SWT memberikan sebuah
keistimewaan bagi umat Nabi Muhammad dengan menurunkan ayat tentang Lailatul Qadar
yang barang siapa mampu menemukannya, niscaya hal itu lebih baik dari apa yang
sudah dilakukan oleh orang pada masa Bani Isra’il tersebut.
Dari
sini kita bisa mengambil sebuah pelajaran bahwa begitu mulianya umat Nabi
Muhammad SAW dihadapan Allah SWT sehingga Allah SWT memberikan suatu
keistimewaan yang tidak bisa dimiliki oleh umat-umat sebelum Nabi Muhammad. Dan
oleh sebab itu kita harus senantiasa bersyukur kepada Allah karena kita masih
digolongkan umat Nabi Muhammad SAW sehingga semoga saja kelak diakhirat kita
bisa mendapatkan syafaat dari Beliau. Amien….
(Moh Syifa’ul Hisan/ el-bid)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer